SEMPITNYA WAKTU

11:47 AM Munawir 0 Comments

Oleh: Ummu Sholih

💐 Saudara-Saudariku yang semoga selalu dilapangkan dalam kebaikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'ālā...

🍃 Apakah kita..

Sering luput dari dzikir pagi dan petang?

Merasa tidak sempat untuk sholat rawatib?

Merasa sibuk untuk menghadiri majelis ilmu?

Kehabisan waktu untuk membaca 1 halaman Al Qur'an?

Merasa lelah ketika akan sholat malam?

Dan kehabisan agenda untuk mengunjungi  teman yang sakit?

🍃 Tetapi kita...

Selalu sempat menonton berita di internet.

Tidak pernah ketinggalan up date dan mengikuti status di facebook.

Selalu aktif berkomentar dalam grup-grup watsapp.

Dan, tidak pernah absen dalam menghadiri majelis ghibah dan senda gurau.

🍃 Apakah kita...

Merasa waktu kita sangat sempit dan sedikit untuk melakukan hal-hal bermanfaat?

Merasa kesibukan dunia kita terlalu padat sehingga sering berudzur meninggalkan ibadah kita?

🍂 Mungkin... itu tanda tidak adanya keberkahan dalam waktu kita.

🌴 Berkata seorang sahabat Nabi yang mulia Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu:

"Aku tidaklah menyesali sesuatu lebih besar dari pada penyesalanku terhadap satu hari yang berlalu, berkurang umurku, dan tidaklah bertambah amalku."

🌴 Seorang ulama salaf, Hakim, juga berkata:

"Barangsiapa yang harinya berlalu tanpa ada kebenaran yang ia tegakkan; atau kewajiban yang ia laksanakan; atau kemuliaan yang ia raih; atau perbuatan terpuji yang ia kerjakan; atau kebaikan yang ia rintis, atau ilmu yang ia kutip. Sungguh ia telah mendurhakai waktunya, dan mendzolimi dirinya."

Maka mari kita perhatikan, bahwa para salafus shalih tidaklah menilai bahwa suatu waktu menjadi bermanfaat dari banyaknya kekayaan dihasilkan; atau gelar kehormatan yang diraih; atau ketenaran didapat.

🍃 Tetapi, dari banyaknya amal sholih yang dihasilkan dari waktu tersebut.

💐 Saudara-Saudariku yang semoga selalu dilapangkan dalam kebaikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'ālā...

🌿 Para salaf terdahulu merupakan orang-orang yang sangat memperhatikan masalah waktu, mereka berkata:

"Sesungguhya menyia-nyiakan waktu itu  lebih berat daripada kematian, karena menyia-nyiakan waktu  memutuskan seseorang dari Allah dan akhirat, sedangkan kematian memutuskan seseorang dari keluarga dan dunianya."

🌿 Berkata Hasan Al Bashri rahimahullah:

"Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau adalah hari-hari. Apabila pergi harimu, berarti telah pergi sebagian dirimu."

🌿 Juga Beliau berkata:

"Tidaklah hari itu muncul bersama terbitnya fajar, keculai ia berkata:

'Wahai anak Adam, aku adalah makhluk yang baru, dan aku bersaksi atas amal-amalmu, maka berbekallah denganku, karena sesungguhnya bila aku pergi aku tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat nanti'."

🍃 Janganlah kita mengira bahwa perkataan mereka hanyalah perkataan kosong tanpa bukti.

Sebaliknya, sangat banyak catatan-catatan mengenai semangat mereka dan kesungguhan mereka dalam menjaga waktu.

🌱 Di antaranya perkataan orang-orang tentang Abdullah putra Imam Ahmad:

"Demi Allah, kita tidak melihatnya kecuali ia sedang tersenyum, sedang membaca atau sedang menelaah kitab."

🌱 Begitu pula, dikatakan  tentang Al Khatib Al Baghdadi:

"Tidaklah kami melihat beliau kecuali beliau sedang menelaah sebuah kitab."

🌱 Imam Ad Dzahabi menyebutkan tentang Abdul Wahab Bin Abdil Wahhab Al Amiin:

"Sesungguhya ia sangat menjaga waktunya, tidaklah berlalu 1 jam kecuali ia membaca Al Qur'an atau berdzikir atau sholat tahajjud atau memperdengarkan bacaan Al Qur'an."

🌿 Masih banyak kisah yang menakjubkan dari para salaf dalam memanfaatkan waktu..

🌱 Berkata seorang murid Al Imam Abdur Rahman bin Mahdi rahimahullah tentang Imam Hammad bin Salamah:

"Seandainya dikatakan kepada Hamad bin Salamah bahwa esok ia mati, maka ia tidak sanggup lagi untuk menambah amalannya sedikitpun."

MasyaAllah..

Hal itu dikarenakan banyaknya amalan yang ia lakukan secara rutin!

🌱 Berkata Ammar bin Raja':

"Saya melewati 30 tahun tidak makan dengan tanganku di malam hari, dan saudara perempuankulah yang menyuapiku, karena kesibukanku menulis hadist."

Begitu pelitnya beliau dengan waktu, sampai tidak mau waktunya berkurang karena makan!

🌱 Tidak kalah mengagumkan kisah Imam Ibnu Jarir At Thabari. Dikisahkan bahwa ia berkata pada  teman-temannya:

"Apakah kalian berminat menulis tafsir Al Qur'an?"

Mereka menjawab:

"Berapa panjangnya?"

Ia berkata:

"30 ribu lembar."

Para sahabatnya terkejut dan berkata:

"Kalau begitu bisa habis umur kami."

Maka beliau pun meringkasnya menjadi tiga ribu lembar dan mendiktekannya kepada para sahabatnya selama 7 tahun.

Setelah selesai,  ia kembali berkata:

"Apakah kalian berminat pada tarikh (sejarah) sejak Nabi Adam sampai jaman kita ini?"

Mereka kembali bertanya:

"Berapa panjangnya?"

Dan beliau menyebutkan sebagaimana perkataan beliau pada tafsir, maka mereka menjawab dengan jawaban yang sama, maka Ibnu Jarir berkata:

"Inna lillah.. Sungguh telah mati kesungguhan."

Dan ia pun kembali meringkasnya sebagaimana ia meringkas tafsir.

🍃 Kita mungkin tidak bisa meraih keberkahan seperti mereka, tapi setidaknya kita dapat mengusahakannya, agar waktu kita dapat menjadi ladang amal yang bermanfaat di akhirat kelak.

🍂 Bukan sebaiknya, menjadi sumber penyesalan dan kerugian di akhirat nanti.

Saudara-Saudariku yang semoga selalu dilapangkan dalam kebaikan oleh Allāh Subhānahu wataala.

🗒 Berikut beberapa cara agar waktu kita menjadi barakah adalah:

▪️ Beriman dan bertakwa.

▪️ Melazimi Al Qur'an, karena Allah berfirman yang artinya:

"Dan Kitab ini (Al Qur'an) yang kami turunkan dengan penuh berkah, maka ikutilah ia dan bertakwalah agar engkau mendapat rahmat."

(QS Al An'am: 155)

▪️ Memperbanyak beramal sholih baik dengan hati, lisan dan perbuatan.

▪️ Bersegera beramal sejak pagi hari, sebagaimana doa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam:

"Ya Allah, berkahilah umatku pada pagi hari mereka."

▪️ Menjaga sholat fajr (sholat subuh) karena menjaga sholat subuh adalah kunci keberkahan sepanjang hari.

▪️ Belajar ilmu atau mengajarkannya.

🍃 Maka, mari kita bersungguh sungguh memanfaatkan waktu kita.

Ingatlah, bahwa suatu saat nanti kita akan menghadapi hari dimana kita harus mempertanggung jawabkannya.

🍂 Hari di mana seorang raja tidak akan meminta kembali istananya; seorang pemimpin tidak akan meminta kembali kekuasaannya dan orang yang kaya tidak akan meminta dikembalikan hartanya.

Tetapi mereka semua akan meminta dikembalikan WAKTU yang mereka habiskan tanpa amal shalih!

جعلنا الله مباركاً أينما كنا

🌱 Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'ālā selalu memberkahi dimanapun kita berada.

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
👥 Facebook Page :
Fb.com/TausiyahBimbinganIslam
📣 Telegram Channel :
http://bit.ly/TausiyahBimbinganIslam

0 komentar:

Tafsir Surah Al Maun

4:54 AM Munawir 1 Comments

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوان

Surat ini dikhilafkan oleh para ulamā apakah dia surat makkiyyah atau madaniyyah.

Dari konteks pembicaraan yang dibahas oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla dalam surat Al Mā'ūn:

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ# فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ

"Tahukah engkau tentang orang yang mendustakan agama?"

Konteks pembicaraan ini cocoknya turun di Mekkah, tentang orang-orang musyrikin yang mereka mendustakan agama dan hari kebangkitan.

Dari sini jumhūr ulamā mengatakan bahwa surat ini adalah surat makkiyyah.

Sedangkan sebagian ulamā mengatakan surat ini surat madaniyyah, kenapa?

Karena topiknya dalam surat ini, Allāh menyebutkan orang-orang munāfiq.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ

"Orang-orang yang shalāt namun mereka riyā."

Dan orang-orang munāfiq tidak ada di Mekkah. Orang-orang munāfiq baru muncul di kota Madīnah, sehingga surat ini surat madaniyyah karena turunnya di Madīnah.

Sebagian ulamā juga mengatakan, setengahnya turun di Mekkah dan setengahnya turun di Madīnah.

Wallāhu Ta'āla A'lam bishawab, apakah dia makkiyyah atau madaniyyah tidak menjadi masalah, yang penting kita membahas tentang isinya.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman tentang surat ini:

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ

"Tahukah engkau tentang orang yang mendustakan agama?"

Ad dien adalam bahasa Arab artinya al jaza, sebagaimana pepatah mengatakan:

"Sebagaimana engkau berbuat engkau akan dibalas."

Sebagimana perkataan para ulamā:

الجزاء من جنسالعمل

"Balasan sesuai dengan jenis perbuatan."

√ Seseorang berbuat baik kepada manusia maka Allāh akan berbuat baik kepadanya.
√ Seseorang yang meringankan beban orang lain, Allāh akan ringankan beban dia didunia dan ākhirat.
√ Seseorang yang membahagiakan orang lain Allāh akan bahagiakan dirinya.

Ini sudah otomatis, al jazaa min jinsil amal.

Diantara nama-nama hari kiamat adalah ad dīn, hari pembalasan (yaumul dīn).

Surat ini, topiknya bercerita tentang bagaimana orang yang mendustakan agama dan akhirnya akan menimbulkan akhlaq yang sangat buruk. Bermula dari pendustaan terhadap agama dan hari akhirat.

Oleh karenanya, keimanan terhadap hari akhirat merupakan perkara yang sangat penting.

Barangsiapa yang yakin akan ada hari pembalasan, barangsiapa yang yakin ada hari persidangan dimana dia akan dibangkitkan oleh Allāh, maka dia akan berbuat sebaik baiknya di dunia ini.

Tapi barangsiapa yang tidak yakin dengan hari kebangkitan, tidak yakin adanya hari persidangan, tidak yakin adanya hari pembalasan atau ragu dengan hari tersebut, maka dia akan berani melakukan kemaksiatan.

Dia berani berzina, berani mencuri, berani melakukan macam-macam, kenapa?

Karena dia tidak yakin atau ragu dengan hari kebangkitan, sehingga dia berani melakukan kemaksiatan.

Oleh karenanya, orang yang imannya kuat kepada hari akhirat, maka akan tampak dari perilakunya.

Di sini Allāh menyebutkan tentang sikap orang yang tidak beriman kepada hari pembalasan dimana perilakunya yang sangat buruk.

Kata Allāh:

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ

"Tahukah engkau tentang orang yang mendustakan agama (hari pembalasan)?"

فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ

"Itulah orang yang menghardik anak yatim."
 
Kata يَدُعُّ dari artinya mendorong.

Kata Allāh orang yang mendustakan hari pembalasan (hari akhirat) adalah orang yang mendorong anak yatim. Dia tidak peduli menyakiti anak yatim. Dia tidak tahu bahwasanya anak yatim adalah anak yang butuh perhatian.

Kita tahu bahwasanya yatim dalam istilah syariat adalah orang yang ayah meninggal dan dia belum bāligh.

Kalau sudah bāligh tidak bisa dikatakan yatim.

Sebaliknya kata para ulamā, kalau hewan dikatakan hewan yatim kalau induknya  (ibunya) meninggal, kenapa?

Karena yang merawat hewan tersebut adalah induknya.

Oleh karenanya, hewan dikatakan yatim kalau ibunya (induknya) meninggal.

Tetapi kalau manusia dikatakan yatim kalau bapaknya yang meninggal, karena bapaknya yang mengurus dan mencarikan nafkah dan sampai usia bāligh.

Kalau sudah bāligh, sudah dewasa, maka dia bukan yatim lagi. Dia bisa bergerak, dan dia sudah bisa berusaha.

Seperti istilah mualaf, al mualaf artinya orang yang di dekati hatinya. Diistilahkan juga buat orang yang baru masuk Islām, imannya belum kokoh. Maka kita perlu memberi bantuan, kita beri zakat supaya imannya kokoh.

Mualaf ini artinya bukan orang yang masuk Islām secara mutlak, tapi yang baru masuk Islām, baru setahun dua tahun atau beberapa bulan.

Sedangkan orang yang sudah bertahun-tahun masuk Islām tidak bisa dikatakan seorang mualaf.

Kalau semua orang yang berpindah agama lain masuk agama Islām dikatakan mualaf maka seluruh shahābat adalah mualaf, dulu mereka musyrikun kemudian masuk Islām.

Ini adalah istilah yang keliru namun sudah menjadi istilah umum, bahwa semua yang masuk Islām (baru masuk atau sudah lama masuk Islām) tetap dikatakan mualaf. Ini contoh kekeliruan dalam istilah.

Diantara sifat-sifat jāhilīyah adalah mereka meremehkan orang-orang yang lemah sepert anak yatim dan para wanita.

Di zaman jāhilīyah para wanita tidak diberikan warisan, tidak dihargai, begitu pula anak yatim. Anak yatim pada zaman jāhilīyah tidak dihargai, kenapa?

Karena tidak ada yang melindungi mereka. Apabila mereka (anak yatim) memiliki harta yang banyak akan di ambil, digunakan secara dzalim.

Oleh karenanya, Allāh menyebutkan tentang hal ini, bahwasanya orang yang tidak beriman dengan hari kebangkitan (hari pembalasan), maka mereka mendorong anak yatim, sikapnya kasar, membentak, menghardik, mendorong anak yatim, mendzalimi anak yatim, kenapa?

Karena mereka tidak beriman dengan hari pembalasan.

Dan diantara sifatnya:

وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ

"Tidak menganjurkan memberi makan kepada orang miskin."

Bakhil (pelit), di tidak yakin bahwasanya apa yang dia berikan akan dibalas oleh Allāh di dunia dan ākhirat.

Oleh karenanya  dalam hadīts, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam :

وَلاَ يَجْتَمِعُ الشُّحُّ وَالإِيمَانُ فِى قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا

"Tidak akan berkumpul dalam hati seorang mu'min selamanya, antara keimanan dengan pelit (tidak mungkin berkumpul)."

(Hadīts riwayat An Nasāi di shahīh kan oleh Syaikh Al Albāniy rahimahullāh dalam kitāb Shahīh Al Jami’, no. 7616 )

Kalau seseorang pelit berarti imannya kepada hari pembalasan kurang. Dia pelit mengeluarkan uang, berat, seakan-akan uang tersebut hilang tidak akan kembali. Berbeda dengan orang yang beriman dengan hari akhir dia akan mengeluarkan (tidak pelit) dan yakin Allāh akan mengembalikan di ākhirat dengan berlipat ganda.

Oleh karenanya orang ini:

وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ

"Dia tidak pernah motivasi untuk memberi makan kepada fakir miskin."

Dia tidak pernah memotivasi dirinya untuk memberi makan fakir miskin, apalagi memotivasi orang lain. Ini adalah contoh orang-orang yang bakhil.

Yang lebih parah, orang bakhil dan mengajak orang lain bakhil.

Demikian juga dengan para pelaku maksiat, para pelaku maksiat ingin mencari teman.

Apabila mereka suka melakukan kemaksiatan mereka akan mengajak orang lain agar seperti dia. Supaya tidak dia saja yang dicela, mereka mencari teman. Sehingga apabila sudah banyak temannya, mereka akan mencela orang baik, itulah kegiatan mereka.

Demikianlah apa yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini, In syā Allāh besok kita lanjutkan.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
____________________________

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 12 Rabiul Akhir 1438 H / 10 Januari 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Tafsir Juz 30 | Surat Al Mā'ūn
📖 Tafsir Surat Al Mā'ūn bagian 01
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-Tafsir-H0303

1 komentar: