PENTINGNYA TAZKIYATUN NAFS

1:44 PM Lana 5 Comments

Tazkiyah, secara bahasa (harfiah) berarti Tathahhur, maksudnya bersuci. Seperti yang terkandung dalam kata zakat, yang memiliki makna mengeluarkan sedekah berupa harta yang berarti tazkiyah (penyucian). Karena dengan mengeluarkan zakat, seseorang berarti telah menyucikan hartanya dari hak Allah yang wajib ia tunaikan.
Salah satu tujuan utama diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa salam adalah untuk membimbing umat manusia dalam rangka membentuk jiwa yang suci. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul dari golongan mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya dalam kesesatan yang nyata". (Al-Jumu'ah: 2).
Dengan demikian, seseorang yang mengharapkan keridhaan Allah dan kebahagiaan abadi di hari akhir hendaknya benar-benar memberi perhatian khusus pada tazkiyatun nafs (penyucian jiwa). Ia harus berupaya agar jiwanya senantiasa berada dalam kondisi suci. Kedatangan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ke dunia ini tak lain adalah untuk menyucikan jiwa manusia. Ini sangat terlihat jelas pada jiwa para sahabat antara sebelum memeluk Islam dan sesudahnya. Sebelum mengenal Al-Islam jiwa mereka dalam keadaan kotor oleh debu-debu syirik, ashabiyah (fanatisme suku), dendam, iri, dengki dan sebagainya. Namun begitu telah disibghah (diwarnai) oleh syariat Islam yang dibawa Rasulullah SAW, mereka menjadi bersih, bertauhid, ikhlas, sabar, ridha, zuhud dan sebagainya.
Keberuntungan dan kesuksesan seseorang, sangat ditentukan oleh seberapa jauh ia men-tazkiyah dirinya. Barangsiapa tekun membersihkan jiwanya maka sukseslah hidupnya. Sebaliknya yang mengotori jiwanya akan senantiasa merugi, gagal dalam hidup. Hal itu diperkuat oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan sumpahNya sebanyak sebelas kali berturut-turut, padahal dalam Al-Qur'an tidak dijumpai keterangan yang memuat sumpah Allah sebanyak itu secara berurutan. Marilah kita perhatikan firman Allah sebagai berikut:
"Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan demi bulan apabila mengiringinya, dan malam bila menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta penghamparannya, dan jiwa serta penciptaannya (yang sempurna), maka Allah mengilhamkan pada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya, sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya".(Asy-Syams: 1-10).
Dalam ayat yang lain juga disebutkan bahwa nantinya harta dan anak-anak tidak bermanfaat di akhirat. Tetapi yang bisa memberi manfaat adalah orang yang menghadap Allah dengan Qalbun Salim , yaitu hati yang bersih dan suci.
Firman Allah:
"yaitu di hari harta dan anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih". (Asy-Syu'araa':88-89).
Hakekat Tazkiyatun Nafs
Secara umum aktivitas tazkiyatun nafs mengarah pada dua kecenderungan, yaitu
  1. Membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela, membuang seluruh penyakit hati.
  2. Menghiasi jiwa dengan sifat-sifat terpuji.
Kedua hal itu harus berjalan seiring, tidak boleh hanya dikerjakan satu bagian kemudian meninggalkan bagian yang lain. Jiwa yang cuma dibersihkan dari sifat tercela saja, tanpa dibarengi dengan menghiasi dengan sifat-sifat kebaikan menjadi kurang lengkap dan tidak sempurna. Sebaliknya, sekedar menghiasi jiwa dengan sifat terpuji tanpa menumpas penyakit-penyakit hati, juga akan sangat ironis. Tidak wajar. Ibaratnya seperti sepasang pengantin, sebelum berhias dengan beragam hiasan, mereka harus mandi terlebih dahulu agar badannya bersih. Sangat buruk andaikata belum mandi (membersihkan kotoran-kotoran di badan) lantas begitu saja dirias. Hasilnya tentu sebuah pemandangan yang mungkin saja indah tetapi bila orang mendekat akan tercium bau tak sedap.
Wasilah Tazkiyatun Nafs
Wasilah (sarana) untuk men-tazkiyah jiwa tidak boleh keluar dari patokan-patokan syar'i yang telah ditetapkan Allah dan rasulNya. Seluruh wasilah tazkiyatun nafs adalah beragam ibadah dan amal-amal shalih yang telah disyariatkan di dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Kita dilarang membuat wasilah-wasilah baru dalam menyucikan jiwa ini yang me-nyimpang dari arahan kedua sumber hukum Islam tersebut. Misalnya seperti yang dilakukan oleh beberapa penganut kejawen, dimana dalam membersihkan jiwa (tazkiyatun nafs) mereka mela-kukan puasa pati geni (puasa terus menerus sehari semalam/wishal) sambil membaca sejumlah mantra. Ada lagi yang mensyariatkan mandi di tengah malam atau berendam di sungai selama beberapa waktu yang ditentukan. Cara-cara bid'ah semacam ini jelas tidak bisa dibenarkan dalam Islam.
Sesungguhnya rangkaian ibadah yang diajarkan Allah dan RasulNya telah memuat asas-asas tazkiyatun nafs dengan sendirinya. Bahkan bisa dikatakan bahwa inti dari ibadah-ibadah seperti shalat, shaum, zakat, haji dan lain-lain itu tidak lain adalah aspek-aspek tazkiyah.
Shalat misalnya, bila dikerjakan secara khusyu', ikhlas dan sesuai dengan syariat, niscaya akan menjadi pembersih jiwa, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berikut:
Abu Hurairah radhiyallaahu anhu berkata: Saya telah mendengar Rasulullah n bersabda: "Bagaimanakah pendapat kamu kalau di muka pintu (rumah) salah satu dari kamu ada sebuah sungai, dan ia mandi daripadanya tiap hari lima kali, apakah masih ada tertinggal kotorannya? Jawab sahabat: Tidak. Sabda Nabi: "Maka demikianlah perumpamaan shalat lima waktu, Allah menghapus dengannya dosa-dosa". (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Dari hadits di atas nampak sekali bahwa misi utama penegakan shalat adalah menyangkut tazkiyatun nafs. Artinya, dengan shalat secara benar (sesuai sunnah), ikhlas dan khusyu', jiwa akan menjadi bersih, yang digambarkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam seperti mandi di sungai lima kali. Sebuah perumpamaan atas terhapusnya kotoran-kotoran dosa dari jiwa. Secara demikian, bisa kita bayangkan kalau ibadah shalat ini ditambah dengan shalat-shalat sunnah. Tentu nilai kebersihan jiwa yang diraih lebih banyak lagi.
Demikian pula masalah shaum (puasa). Hakekat puasa yang paling dalam berada pada aspek tazkiyah. Sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam:
"Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan minum". (HR Al-Bukhari, Ahmad dan lainnya).
Dalam hadits yang lain disebutkan:
"Adakalanya orang berpuasa, bagian dari puasanya (hanya) lapar dan dahaga". (HR Ahmad).
Ini menunjukkan betapa soal-soal tazkiyatun nafs benar-benar mewarnai dalam ibadah puasa, sehingga tanpa membuat-buat syariat baru sesungguhnya apa yang datang dari syariat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bila diresapi secara mendalam benar-benar telah mencukupi.
Hal yang sama dijumpai pada ibadah qurban. Esensi utama qurban adalah ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yang berarti soal pembersihan jiwa dan bukan terbatas pada daging dan darah qurban.
Dan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"Daging-daging dan darahnya itu, sekali-kali tidak dapat mencapai derajat (keridhaan) Allah, tetapi keaqwaan daripada kamulah yang dapat mencapainya".(Al-Hajj: 37).
Kalau diteliti lagi masih banyak sekali ibadah dalam syariat Islam yang muara akhirnya adalah pembersihan jiwa. Dengan mengikuti apa yang diajarkan syariat, niscaya seorang muslim telah mendapatkan tazkiyatun nafs. Contohnya adalah para sahabat Rasulullah n. Mereka adalah generasi yang paling dekat dengan zaman kenabian dan masih bersih pemahaman agamanya, karenanya mereka memiliki jiwa-jiwa yang suci lantaran ber-ittiba' pada sunnah Rasul dan tanpa menciptakan cara-cara bid'ah dalam tazkiyatun nafs. Mereka mendapatkan kesucian jiwa tanpa harus menjadi seorang sufi yang hidup dengan syariat yang aneh-aneh dan njlimet (rumit).
Bagi seorang muslim, ia harus berupaya menggapai masalah tazkiyatun nafs dari serangkaian ibadah yang dikerjakannya. Artinya, ibadah yang dilakukan jangan hanya menjadi gerak-gerak fisik yang kosong dari ruh keimanan dan taqarrub kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebaliknya, ibadah apapun yang kita kerjakan hendaknya juga bernuansa pembersihan jiwa. Dengan cara seperti inilah, insya Allah kita bisa mencapai keberuntungan.
Wallahu' a'lam bis shawab. (Abu Abdul Haq).
Maraji': Tazkiyatun nufuus wa Tarbiyatuha Kama Yuqorriruhu 'Ulama'us Salaf (Dr. Ahmad Faried). Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi. Risalah Ramadhan , Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim Al-Jarullah.
dari : www.alsofwah.or.id

5 komentar:

ISTIGHFAR

10:27 AM Lana 1 Comments

Sesungguhnya dosa yang dilakukan oleh manusia itu pasti mempunyai ampunan dari Allah azza wa jalla. Tapi bagaimanakah caranya memperoleh ampunan itu ??. Yaitu dengan Istighfar. Apakah istighfar itu..?. Istighfar artinya ialah memohon ampunan. Yang dimaksud ampunan ialah pemeliharaan dari perbuatan dosa. Ampunan merupakan sesuatu yang memiliki nilai lebih dari penutup aib, karena makna ampunan ialah pemeliharaan dari kejahatan dosa, sehingga seorang hamba tidak disiksa karena dosa itu.

Siapa yang diampuni dosanya berarti dia tidak di siksa. Adapun jika dosa itu hanya sekedar ditutupi, maka dia akan tetap disiksa dalam batinnya. Siapa yang disiksa karena dosa baik secara batin maupun lahirnya, berarti dia tidak diampuni. Ampunan dosa terjadi jika dia tidak disiksa dengan suatu siksaan yang mestinya dia disiksa karena dosanya itu.

Istigfar mempunyai urgensi yang sangat besar dalam islam. Banyaknya ayat dalam Al-qur’an yang membicarakan masalah ampunan dan istighfar, baik berupa perintah, pujian maupun tuntutan. Allah telah memerintahkan Nabi-Nya, Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk mengerjakan istighfar, sebagaimana firman-Nya,

“Dan mohonlah ampunan kepada allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang.”(An-Nisa’:106).

Allah juga memerintahkan orang-orang mukmin untuk mengerjakannya. Firman-Nya,

“Dan, mohonlah ampunan kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang.(Al-Muzzammil:20).

Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“sesungguhnya hatiku benar-benar ada tutupan dan sesungguhnya aku benar-benar memohon ampunan kepada Allah seratus kali dalam sehari”. (H.R. Muslim,Abu Daud dan Ahmad).

“Demi yang diriku ada di tangan-Nya, sekiranya kalian tidak berdosa, maka Allah akan mematikan kalian dan Dia akan mendatangkan suatu kaum yang berdosa, lalu mereka memohon ampunan kepada Allah, sehingga Allah mengampuni mereka”.(H.R.Muslim,at-Tirmidzy dan Ahmad).

Bagaimanakah sekarang setelah kita mengerti tentang istighfar kita dapat melakukan suatu istighfar yang ‘bermutu’ di hadapan Allah Azza wa Jalla. Tentunya kita harus memenuhi beberapa syarat tertentu agar istighfar kita di terima. Diantara Syarat-syarat itu ialah:

1. Mengikhlaskan hati karena Allah dan menghadirkannya bersama lafazh yang terucap, karena ikhlas merupakan asas diterimanya setiap ketaatan. Jadi hati harus mempunyai keikhlasan untuk menghadap Allah, sambil menunjukkan ketundukan, kekhusu’an dan kepatuhan, mengiringi kata-kata yang terucap di lisan. Kata-kata yang terucap harus menerjemahkan keyakinan dan kekhusukan yang ada di dalam hati.

2. Tidak senantiasa melakukan dosa. Orang yang melakukan Istighfar harus melepaskan diri dari dosa yang pernah dilakukannya. Allah Azza wa Jalla berfirman “…dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya, sedang mereka mengetahuinya.”(Ali-Imran:13). Al-Fudhail bin Iyadh Rahimahullah berkata, “memohon ampunan tanpa meninggalkan dosa merupakan taubatnya para pendusta”(Fathul Bary, Majmu’ Al-Fatawa).

3. Membenarkan dengan hati dan keyakinan terhadap pahala.

4. Aktif mengerjakan berbagai macam kebaikan dan ketaatan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman “Tetapi orang yang berlaku zhalim kemudian ditukarnya kezhaliman itu dengan kebaikan (Allah akan mengampuninya), Maka sesungguhnya Aku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(An-Naml:11).


Setelah kita tahu syarat-syarat untuk beristighfar maka kita juga harus mengerti kepada siapa kita itu menghadap. Maka untuk itu kitapun harus mengetahui tentang adab-adab dalam beristighfar, yang di antaranya,

1. Dalam keadaan bersuci, yang didasarkan kepada sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam,”Tidaklah seseorang melakukan suatu dosa, kemudian dia bangkit bersuci dan membaguskan bersucinya, kemudian dia bangkit bersuci dan membaguskan bersucinya, kemudian memohon ampunan kepada Allah Azza wa Jalla, melainkan Allah mengampuni dosanya.” Kemudian beliau membaca ayat, “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah?”(Ali Imran:135).

2. Memilih waktu-waktu yang utama, yaitu dengan memilih waktu yang sesuai untuk ketenangan dan kekhusyukan hati. Adapun waktu yang paling utama ialah pada waktu sahur. Allah telah memuji orang-orang yang memohon ampunan pada waktu-waktu sahur, dalam firman-Nya, “…dan orang-orang yang memohon ampun pada waktu sahur”(Ali Imran:17).

3. Banyak-banyak memohon ampunan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,”Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat kepadaNya lebih dari tujuhpuluh kali dalam sehari.”

4. Hendaknya menjadikan Istighfar sebagai penutup segala urusan. Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhu membuat kesimpulan mengenai ajal Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan turunnya surat An-Nashr, karena di dalam surat ini beliau diperintahkan untuk bertasbih dan istighfar.


Ikhwan wa Akhwat yang dirahmati Allah marilah kita sebagai makhluk Allah yang dapat berfikir, marilah mulai sekarang kita terus berfikir apa saja dan berapa banyak dosa yang telah kita lakukan. Marilah kita bermuhasabah sebelum kita melakukan kegiatan apa baiknya kegiatan yang akan kita lakukan lebih besar mana antara manfaat dan mafsadatnya, setelah itu kembali kita bermuhasabah untuk mengevaluasi apa-apa yang telah kita kerjakan guna memaksimalkan kegiatan kita selanjutnya. Bermuhasabahlah sendiri-sendiri karena sesungguhnya setiap makhluk itu mempunyai dosa yang berlainan dan janganlah mengkhususkan waktu tertentu saja dalam bermuhasabah.

Subhanakallahumma wa bihamdika asyhadu an laa ilaha illa Anta Astaghfiruka wa atubu Ilaika.

Pustaka :
Istighfar, Ahammiyah wa Hajatul-‘Abd Ilaihi, Ibnu Taimiyah, Dar Ibnu Hazm, Beirut 1415 H.

dari: www.ngajisalaf.net

1 komentar:

BERTAUBAT DARI MEROKOK

1:58 AM Lana 0 Comments


Fakta-fakta

  1. Rekomendasi WHO, 10/10/1983 menyebutkan seandai nya 2/3 dari yang dibelanjakan dunia untuk membeli rokok digunakan untuk kepentingan kesehatan, niscaya bisa memenuhi kesehatan asasi manusia di muka bumi.

  2. WHO juga menyebutkan bahwa di Amerika, sekitar 346 ribu orang meninggal tiap tahun dikarenakan rokok.

  3. 90% dari 660 orang yang terkena penyakit kanker di salah satu rumah sakit Sanghai Cina adalah disebabkan rokok.

  4. Prosentase kematian disebabkan rokok adalah lebih tinggi dibandingkan karena perang dan kecelakaan lalulintas.

  5. 20 batang rokok perhari menyebabkan berkurangnya 15% haemoglobin, yakni zat asasi pembentuk darah merah.

  6. Prosentase kematian orang yang berusia 46 tahun atau lebih adalah 25 % lebih bagi perokok.

Dugaan-dugaan Dusta

  1. Merokok membantu berfikir, padahal kenyataannya merokok bisa menceraiberaikan pikiran, mengurangi konsentrasi berfikir karena rokok menyebabkan penyempitan nafas dan keringnya tenggorokan.

  2. Merokok membantu menenangkan urat saraf, padahal sebaliknya rokok berpengaruh buruk pada urat saraf, sebagaimana ia menyebabkan kencang nya detak jantung dan itu sangat berbahaya.

  3. Merokok memperbanyak teman dengan saling menawar kan rokok dan berbasa-basi di dalamnya. Ternyata inipun keliru, sebab pada kenyataannya teman-teman yang dimaksud adalah teman-teman buruk.

  4. Merokok menghilangkan rasa lelah, padahal justeru menambah kelelahan dan kepayahan karena tergang gunya banyak organ tubuh, seperti urat saraf, alat pencernaan dsb.

  5. Merokok bisa mengusir kesedihan dan kegalauan, padahal ia mendatangkan kesedihan, kegalauan dan bencana, di antaranya karena ia harus terus merogoh kantongnya, dan dengan merokok berarti ia secara terang-terangan melakukan maksiat kepada Allah.

Bahaya Merokok

Merokok sangat berbahaya dan merusak keseha tan. Di antara bahaya merokok adalah:

  1. Melemahkan iman dan menjauhkan diri dari Tuhan.

  2. Mengurangi nafsu makan.

  3. Menyebabkan penyakit TBC.

  4. Menyebabkan sesak nafas.

  5. Menyebabkan sulitnya pencernaan makanan.

  6. Menyebabkan rusaknya hati.

  7. Menyebabkan berhentinya detak jantung.

  8. Menyebabkan penyakit kanker.

  9. Menyebabkan batuk dan lendir.

  10. Menyebabkan lemas dan kurus.

  11. Menyebabkan luka lambung.

  12. Menyebabkan kebakaran.

  13. Menyebabkan keengganan isteri terhadap suaminya.

Mungkin beberapa penyakit di atas belum tampak pada masa muda karena daya tahan tubuh yang diberikan Allah Subhannahu wa Ta'ala. Tetapi pada masa tua, berbagai penyakit itu akan bereaksi kecuali jika Allah menghendaki yang lain.

Bagaimana Memerangi Rokok ?

Tak disangsikan bahwa setiap penyakit ada obatnya. Adapun untuk mengatasi kecanduan merokok di antaranya adalah hal-hal berikut:

  1. Tarbiyah (pendidikan) keimanan yang sungguh-sung guh untuk setiap individu masyarakat.

  2. Adanya teladan yang baik saat di rumah, sekolah dan lingkungan lainnya.

  3. Melarang para guru merokok di depan murid-murid nya terutama yang masih berusia belia.

  4. Penerangan yang gencar dan intensif tentang bahaya merokok.

  5. Membebankan pajak yang tinggi terhadap berbagai jenis rokok.

  6. Melarang merokok di tempat-tempat kerja, stasiun, bandara dan tempat-tempat umum lainnya.

  7. Menyebarkan fatwa para ulama yang menjelaskan tentang haramnya rokok.

  8. Menyebarkan nasihat-nasihat dan peringatan-peringa tan para dokter tentang bahaya rokok.

  9. Peringatan tentang bahaya rokok dalam ceramah-ceramah, khutbah dan lainnya.

  10. Nasihat secara pribadi kepada perokok.

Serba-serbi Rokok

  1. Setiap harinya ada 44 orang meninggal dunia di Inggris akibat rokok.

  2. Setengah batang terakhir rokok mengandung zat yang jauh lebih berbahaya dari setengah yang pertama.

  3. Pemerintah Italia pada tahun 1962 melalui UU. No. 65 melarang melakukan iklan rokok dan berbagai hal yang berkaitan dengannya.

  4. Sebagian dokter berkata, dalil-dalil sangat kuat sehing ga sampai pada tingkat tidak ada jalan lain menurut perasaan kita sebagai dokter yang bertanggung jawab terhadap kesehatan umat manusia kecuali kita harus memperingatkan masyarakat dari bahaya rokok yang mengancam mereka. Karena itu mereka harus berhen ti merokok!

  5. Syaikh Muhammad bin Abdullah Al-Masuti sangat keras dalam hal rokok, sehingga buku-buku yang ditulisnya banyak membahas tentang haramnya rokok, di antaranya:
    "Pemahaman dan Penjelasan tentang Bahaya Tembakau yang dikenal dengan Nama Rokok"
    "Mutiara-mutiara Pilihan dalam Penjelasan Tentang Haramnya Tembakau yang dikenal dengan Nama Rokok."
    "Penjelasan dan Keterangan Tentang Haramnya Merokok."
    Dan dikatakan bahwa rokok dikenal di dunia Arab dan dunia Islam pada umumnya sekitar tahun 1012 H.

Perlakuan Terhadap Perokok Tempo Dulu

Syaikh Abdullah bin Muhammad rahimahullah berkata: "Adapun orang yang mengisap rokok, jika ia mengisapnya setelah mengetahui hukumnya haram, maka ia dicambuk 80 kali dengan cambukan ringan yang tidak membahayakannya. Dan jika dia mengisapnya karena kebodohannya maka tidak ada sangsi atasnya dan ia diperintahkan bertobat dan beristighfar. Dan jika ada orang mengatakan, rokok itu tidak haram, juga tidak halal, maka dia adalah orang bodoh yang tidak mengerti apa yang dikatakannya. Beliau juga mengatakan, 'Orang yang menanam tembakau harus dihukum, juga orang yang menyimpannya di dalam rumah atau mengisapnya, dia harus dihukum.'

Fatwa-fatwa

Ditanyakan kepada Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, 'Apa hukum mengisap rokok berikut dalil nya dari Al-Qur'an dan Al-Hadits?'

Jawab: Rokok adalah haram. Dalilnya adalah firman Allah:
"Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada mu." (An-Nisa: 29)

"Dan janganlah kamu menjerumuskan dirimu sendiri dalam kebinasaan." (Al-Baqarah: 195)
"Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan." (An-Nisa: 5)

Lalu Allah dalam banyak ayatNya melarang kita berlaku boros. Dan, tak diragukan lagi membeli rokok adalah pemborosan dan sekaligus perusakan kesehatan, sehingga termasuk hal yang dilarang. Dalam Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang membuang-buang harta. Dan tentu membelanjakan uang untuk rokok adalah mem buang uang. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Tidak boleh mendatangkan bahaya dan membalasnya dengan bahaya."

Dan semua tahu, merokok sangat membahayakan. Di samping itu, jika telah kecanduan rokok, seseorang akan sakit dan sesak dadanya jika tak mendapatkannya. Padahal itu sama dengan memaksakan untuk dirinya sesuatu yang tidak ia perlukan.

Akhir yang Memilukan

Ia seorang pemuda berusia 25 tahun dan pecandu rokok selama bertahun-tahun. Suatu ketika ia masuk ke rumah sakit karena sakit mendadak, yakni lemah jantung. Selama berhari-hari ia dirawat di ruang gawat darurat dengan berbagai peralatan kedokteran yang canggih. Dokter yang menangani pasien tersebut menyarankan kepada para perawat agar pasiennya itu dijauhkan dari rokok, karena rokok itulah penyebab utama sakitnya, bahkan dokter memerintahkan agar setiap yang besuk diperiksa agar tidak secara sembunyi-sembunyi memberi kan rokok kepadanya. Selang beberapa lama kesehatannya pulih lagi. Ia kembali melakukan kegiatan-kegiatannya. Namun satu hal, ia tidak mengindahkan nasihat dokter agar berhenti merokok.

Suatu hari, pemuda tersebut hilang, orang-orang pun sibuk mencarinya. Mereka akhirnya menemukan pemuda tersebut tergeletak tewas di sebuah kamar mandi dengan memegang rokok. Kita berlindung kepada Allah dari kesudahan yang demikian.

Bagaimana Meninggalkan Kebiasaan Merokok?

Sekarang, Anda insya Allah telah terbuka untuk meyakini haramnya rokok. Juga, Anda telah meyakini bahaya-bahayanya, baik terhadap diri Anda sendiri maupun terhadap masyarakat. Mudah-mudahan Allah memudahkan Anda bertobat. Inilah yang diharapkan dari Anda. Jika Anda telah berusaha kuat meninggal kan kebiasaan merokok, maka ikutilah langkah-langkah berikut ini:

  1. Setelah engkau ketahui bahaya-bahaya rokok, mulailah berfikir untuk meninggalkannya dan kuatkan keya kinanmu untuk itu dengan bertawakkal penuh kepada Allah.

  2. Buatlah evaluasi harian tentang keburukan-keburukan rokok terhadap dirimu, teman-temanmu, anak-anakmu, tetangga-tetanggamu dan lainnya.

  3. Jauhkanlah dirimu semampu mungkin dari merokok dan asap rokok. Usahakan untuk selalu berada pada udara yang bersih dan sibukkanlah dirimu dengan hal-hal yang bermanfaat.

  4. Jika engkau telah mengetahui bahaya rokok dan engkau yakini haramnya, maka hendaknya engkau membenci dan meninggalkannya karena Allah, dan jauhilah dari berteman dengan para perokok.

  5. Pakailah sikat gigi, siwak atau sejenisnya jika engkau diserang keinginan merokok kembali.

  6. Kurangilah minum teh dan kopi, perbanyak makan buah-buahan dan makanan yang bergizi lainnya.

  7. Usahakan setiap pagi setelah sarapan engkau minum juice jeruk, apel atau buah-buahan lainnya karena ia bisa mengurangi keinginan merokok.

  8. Ketahuilah, barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik daripadanya, dalam waktu dekat atau jauh.

  9. Dan terakhir, hendaknya semua itu dilakukan dengan ikhlas, serta keinginan kuat untuk meninggalkannya yang terbit dari dalam hatimu sendiri. (ain).

Disadur dari kitab:
RASA'ILUT TAUBAH MINAT TADKHIN MUHAMMAD BIN IBRAHIM AL-HURAIQI

dari : www.alsofwah.or.id

0 komentar: