Mengenali Panggilan Sayang dari Allah: 4 Tahapan Bimbingan-Nya Saat Kita Mulai Lupa

 Bismillahirahmanirrahim...

Pernahkah Anda merasa tersesat? Di tengah hiruk pikuk dunia, tuntutan pekerjaan, masalah keluarga, dan godaan yang tak ada habisnya, terkadang hati kita terasa hampa dan jauh dari Sang Pencipta. Kita tahu jalan yang lurus itu ada, namun kaki terasa berat untuk melangkah ke sana. Saat-saat seperti inilah kita sering bertanya, "Ya Allah, di manakah Engkau?"

Sesungguhnya, Allah SWT tidak pernah meninggalkan kita. Justru, Dia-lah yang senantiasa memanggil kita untuk kembali. Melalui sebuah ceramah yang mencerahkan oleh Ustadz Belal Assaad, kita diingatkan kembali tentang cara Allah mengirimkan tanda-tanda untuk membimbing hati kita. Tanda-tanda ini datang dalam berbagai bentuk, sebagai bukti cinta dan rahmat-Nya yang tak terhingga.

Mari kita selami bersama, bagaimana cara Allah mengetuk pintu hati kita?

Al-Qur'an: Kompas yang Tak Pernah Usang

Sebelum kita membahas tahapan bimbingan-Nya, kita harus kembali ke sumber petunjuk utama: Al-Qur'an. Ustadz Belal Assaad menekankan bahwa Al-Qur'an bukanlah sekadar dongeng pengantar tidur. Ia adalah firman yang hidup, yang mampu "membaca" diri kita.

Ketika kita membacanya dengan hati yang terbuka dan pikiran yang jernih, ayat-ayatnya seolah berbicara langsung tentang apa yang sedang kita alami. Ia menjadi jawaban atas kegelisahan, obat bagi luka, dan cahaya di tengah kegelapan. Jangan pernah meremehkan kekuatan Al-Qur'an untuk menarik kita kembali ke jalan yang benar.

"Berlarilah Menuju Allah": Memahami Rasa Takut yang Benar

Ada sebuah konsep indah dalam Al-Qur'an: Farroo ilallah—"Berlarilah menuju Allah." Mungkin terdengar aneh. Mengapa kita harus lari menuju Dzat yang juga kita takuti?

Rasa takut (takwa) kepada Allah bukanlah seperti takut pada monster atau bahaya. Ia adalah rasa takut kehilangan cinta-Nya, takut terputus dari rahmat-Nya, takut mengecewakan Dzat yang paling kita cintai. Seperti seorang anak kecil yang berbuat salah dan dimarahi ayahnya, ia tidak lari menjauhi ayahnya. Sebaliknya, ia justru lari ke dalam pelukan ayahnya, mencari keamanan dan ampunan.

Itulah rasa takut kita kepada Allah. Kita lari dari dosa, dari godaan dunia, dan dari segala hal yang dapat merusak hubungan kita dengan-Nya, lalu kita berlindung kepada-Nya, karena hanya pada-Nya ada keamanan sejati.

Empat Tahapan Panggilan Sayang dari Allah

Saat seorang hamba mulai menjauh, atau bahkan saat Allah ingin mengangkat derajatnya, Dia akan memanggil melalui empat tahapan bimbingan:

1. Tahap Pertama: Bisikan Lembut dan Kesempatan Gratis

Ini adalah cara paling lembut dari Allah. Dia akan membukakan pintu-pintu hidayah di sekitar kita. Pernahkah Anda sedang memikirkan suatu masalah, lalu tiba-tiba video ceramah yang membahas hal itu muncul di beranda YouTube Anda? Atau saat shalat Jumat, khutbah yang disampaikan khatib terasa begitu relevan dengan apa yang sedang Anda hadapi? Itulah Allah yang sedang "menyapa" Anda. Dia mengirimkan pengingat melalui orang lain, melalui tulisan, atau kejadian-kejadian kecil. Ini adalah undangan gratis dari-Nya, yang diberikan kepada siapa saja.

2. Tahap Kedua: Disiplin Melalui Ujian dan Masalah

Jika bisikan lembut diabaikan, Allah akan menggunakan cara yang sedikit lebih "tegas", yaitu melalui disiplin. Layaknya orang tua yang menyayangi anaknya, Allah mendisiplinkan kita melalui masalah dan ujian. Mungkin kita kehilangan sesuatu yang kita cintai, menghadapi kesulitan dalam pekerjaan, atau ditimpa sakit ringan.

Jangan pandang ini sebagai hukuman semata. Ini adalah obat. Manusia seringkali belajar dan menjadi lebih kuat setelah melewati masalah. Ujian ini adalah "panggilan bangun" dari Allah, agar kita sadar dan kembali mengingat-Nya.

3. Tahap Ketiga: Teguran Keras yang Mendesak

Ketika seorang hamba terus-menerus mengabaikan pengingat dan ujian, Allah akan mendatangkan sesuatu yang lebih memaksa, yang tidak bisa kita hindari. Mungkin berupa masalah hukum yang harus dihadapi, penyakit yang lebih serius, atau kesulitan hidup yang membuat kita tidak punya pilihan lain selain bersimpuh dan memohon kepada-Nya.

Dalam Al-Qur'an, Allah menyebut ini sebagai "azab yang lebih dekat" (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), dengan tujuan la'allahum yarji'un—"agar mereka kembali." Bahkan dalam teguran-Nya yang paling keras sekalipun, masih tersimpan harapan dan rahmat-Nya agar kita pulang.

4. Tahap Keempat: Bencana Terbesar, Saat Allah Membiarkanmu Pergi

Inilah tahap yang paling menakutkan, bencana yang sesungguhnya. Apa itu? Apakah kematian dalam keadaan maksiat? Kehancuran bisnis? Bukan.

Bencana terbesar adalah ketika Allah membiarkan kita melakukan apa pun yang kita mau.

Saat semua pengingat, ujian, dan teguran tak lagi mempan, Allah akan membiarkan kita tenggelam dalam kesenangan duniawi. Dia akan membukakan pintu rezeki, memudahkan jalan kita untuk memenuhi semua hawa nafsu, dan membiarkan kita merasa "sukses" di mata dunia. Pada titik ini, tidak ada lagi ujian yang menyadarkan, tidak ada lagi masalah yang membuat kita menengadah. Hati telah terkunci.

Ini adalah istidraj, sebuah kenikmatan semu yang menipu, karena sejatinya Allah telah meninggalkan kita karena kita yang lebih dulu meninggalkan-Nya. Kita mendapatkan dunia, tetapi kehilangan segalanya. Sebagaimana firman-Nya: "Maka janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri."

Penutup: Pulanglah, Sebelum Terlambat

Saudaraku, Allah senantiasa memanggil kita dengan cara-Nya yang penuh hikmah. Renungkanlah sejenak, di tahap manakah kita saat ini? Apakah kita masih peka terhadap bisikan-bisikan lembut-Nya? Ataukah hati kita sudah mulai mengeras?

Jangan pernah menunggu sampai panggilan-Nya menjadi semakin keras, apalagi sampai Dia tak lagi peduli. Selagi nafas masih berhembus, pintu taubat selalu terbuka. Berlarilah kembali kepada-Nya. Buka kembali lembaran Al-Qur'an, perbaiki shalat kita, dan dengarkanlah tanda-tanda cinta-Nya yang tersebar di sekeliling kita.

Semoga Allah SWT senantiasa membimbing hati kita untuk tetap berada di jalan-Nya yang lurus dan menjadikan kita hamba-hamba yang selalu rindu untuk "pulang" kepada-Nya. Aamiin ya Rabbal'alamin.


Artikel ini disarikan dari poin-poin utama dalam ceramah Belal Assaad berjudul "How Allah Sends Signs to Guide Your Heart".




APA YANG AKAN ENGKAU PERBUAT SETELAH RAMADHAN

💎🌷 APA YANG AKAN ENGKAU PERBUAT SETELAH RAMADHAN!!? ⚠️🔎

✿ t.me/Mutiara_NasehatMuslimah

〰 Ayyuhal Ikhwan Wal Akhwat...

🔎 Sungguh banyak manusia yang terpedaya dengan tipu daya  syaithan dengan berlalunya Ramadhan, sehingga ia jadikan amalannya di bulan Ramadhan sebagai hal yang telah mencukupi amalan di luar Ramadhan, padahal ia tidak mengetahui apakah amalan Ramadhan nya diterima ataukah tidak!!

〰 Ketahuilah Sobat!!

🔎 Sesungguhnya amalan seorang hamba adalah hal yang dituntut pada setiap saatnya.

🔹 Berkata Asy Syeikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah:

الأعمـــــال لا تنتہي بانتہاء مواسمہا، وإنما تنتہي الأعمال بانتہاء الأجـــــــــل .

📎 Amalan-amalan ini tidaklah berakhir dengan berakhirnya musimnya,

📎 Namun amalan-amalan itu berakhir dengan berakhirnya ajal.
____
📚 Liqa'ul Babil Maftuh (51).

🔎 Dan beramal di bulan Ramadhan saja dengan meninggalkan amalan dibulan lainnya adalah tanda kejelekan bagi seseorang bahkan tanda bahwa Ramadhan nya tidaklah berhasil.

🔹 Berkata Bisyr Al Haafi rahimahullah:

بئس القوم لا يعرفون لله حقا إلا في شهر رمضان!! 

"Sungguh jelek suatu kaum yang mereka tidak mengenal hak Allah kecuali di bulan Ramadhan saja!!"
____
📕 Latha'iful Ma'arif (222).

🔹 Berkata Ibnu Rajab rahimahullah:

معاودةُ الصيام ، بعدَ صيام رمضان ، علامةٌ على قَبولِ صومِ رمضان ، فإنَّ الله إذا تقبل عملَ عبدٍ ، وفّقهُ لعملٍ صالحٍ بَعدهُ .

"Kebiasaan berpuasa setelah puasa Ramadhan adalah tanda diterimanya puasa Ramadhan, karena sesungguhnya jika Allah menerima amalan seorang hamba, maka Dia akan memberikan taufiq untuk beramal setelahnya."
____
📕 Latha'iful Ma'arif (221).

〰 Ayyuhal Ikhwah Wal Akhwat.

🔎 Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menyebutkan diantara sifat golongan terjelek didalam firman-Nya:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ

"Dan diantara manusia ada orang-orang yang beribadah kepada Allah dari satu sisi saja."
(QS. Al Hajj: 11)

🔎 Tidakkah kita khawatir masuk dalam golongan yang disebutkan dalam ayat ini ketika kita hanya beramal dan beribadah di bulan Ramadhan saja!?

🔎 Apalagi diantara manusia memang ada tipe yang sudah berniat meninggalkan suatu maksiat hanya di bulan Ramadhan saja.
Allohul musta'an (Hanya kepada Allah kita meminta pertolongan).

🔹 Berkata Ka'ab bin Malik rahimahullah:

من صام رمضان وهو يحدث نفسه أنه إذا خرج رمضان عصى ربه ؛ فصيامه عليه مردود. 

"Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dan berniat dalam dirinya bahwa jika telah berlalu Ramadhan maka akan bermaksiat kepada Rabbnya maka puasanya tertolak."
___
📕 Latha'iful Ma'arif (215).

📍 Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menerima seluruh ibadah kita di bulan Ramadhan dan memberikan taufiq kepada kita untuk terus melakukan amalan di luar Ramadhan.

Amiin Yaa Mujibas Saailiin.

✍🏻 Ust. Fauzan Abu Muhammad Al Kutawy hafizhahullah.



HASANAH DI DUNIA DAN HASANAH DI AKHIRAT


🌾 Makna Do'a :

(رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ)
"Wahai Rabb kami berikanlah kepada kami di dunia ini hasanah (kebaikan) dan di akhirat hasanah (kebaikan). Lindungilah kami dari adzab api neraka."

🎖 al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan,
💐 « Hasanah di dunia » : meliputi semua permintaan duniawi, berupa penjagaan, rumah tinggal yang lapang, isteri yang baik, anak yang berbakti, rizki yang luas, ilmu bermanfaat, dan amal shalih.
💐 « Hasanah di akhirat » : yang tertinggi adalah masuk al-Jannah (surga) dan semua hal yang berkaitan dengannya berupa keamanan pada hari ketakutan terbesar, kemudahan dalam hisab, dan lainnya dari berbagai urusan akhirat, serta penjagaan dari api neraka.

🌙 al-'Allamah as-Sa'di rahimahullah berkata,
"Do'a ini merupakan do'a paling lengkap dan paling sempurna. Oleh karena itu doa ini merupakan doa Nabi –shallallahu alaihi wa sallam– yang terbanyak."

🍂 asy-Syaikh al-'Utsaimin rahimahullah berkata,
"Sesungguhnya doa ini adalah doa yang paling lengkap.
⛱ « Wahai Rabb kami berikanlah kepada kami di dunia ini kebaikan » : meliputi semua kebaikan dunia, berupa isteri yang shalihah, kendaraan yang nyaman, tempat tinggal yang tenang, dan lain-lain.
⛱ « dan di akhirat kebaikan », juga meliputi semua kebaikan di akhirat, berupa hisab yang mudah, pemberian kitab catatan amal dari arah kanan, melewati ash-Shirat dengan mudah, minum dari telaga Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam–, dan masuk surga, serta berbagai kebaikan akhirat lainnya.
🍒 Jadi doa ini di antara doa terlengkap, bahkan yang paling lengkap karena doa ini mencakup semua hal."
📚 Syarh Riyadh ash-Shalihin, 6/16

#hasanah #akhirat #jannah
#alutsaimin #assadi #ibnukatsir

•••••••••••••••••••••
🌠📝📡 Majmu'ah Manhajul Anbiya
📟▶ Join Telegram https://telegram.me/ManhajulAnbiya
💻 Situs Resmi http://www.manhajul-anbiya.net

~~~~~~~~~~~~~~~~~


SEMPITNYA WAKTU

Oleh: Ummu Sholih

💐 Saudara-Saudariku yang semoga selalu dilapangkan dalam kebaikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'ālā...

🍃 Apakah kita..

Sering luput dari dzikir pagi dan petang?

Merasa tidak sempat untuk sholat rawatib?

Merasa sibuk untuk menghadiri majelis ilmu?

Kehabisan waktu untuk membaca 1 halaman Al Qur'an?

Merasa lelah ketika akan sholat malam?

Dan kehabisan agenda untuk mengunjungi  teman yang sakit?

🍃 Tetapi kita...

Selalu sempat menonton berita di internet.

Tidak pernah ketinggalan up date dan mengikuti status di facebook.

Selalu aktif berkomentar dalam grup-grup watsapp.

Dan, tidak pernah absen dalam menghadiri majelis ghibah dan senda gurau.

🍃 Apakah kita...

Merasa waktu kita sangat sempit dan sedikit untuk melakukan hal-hal bermanfaat?

Merasa kesibukan dunia kita terlalu padat sehingga sering berudzur meninggalkan ibadah kita?

🍂 Mungkin... itu tanda tidak adanya keberkahan dalam waktu kita.

🌴 Berkata seorang sahabat Nabi yang mulia Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu:

"Aku tidaklah menyesali sesuatu lebih besar dari pada penyesalanku terhadap satu hari yang berlalu, berkurang umurku, dan tidaklah bertambah amalku."

🌴 Seorang ulama salaf, Hakim, juga berkata:

"Barangsiapa yang harinya berlalu tanpa ada kebenaran yang ia tegakkan; atau kewajiban yang ia laksanakan; atau kemuliaan yang ia raih; atau perbuatan terpuji yang ia kerjakan; atau kebaikan yang ia rintis, atau ilmu yang ia kutip. Sungguh ia telah mendurhakai waktunya, dan mendzolimi dirinya."

Maka mari kita perhatikan, bahwa para salafus shalih tidaklah menilai bahwa suatu waktu menjadi bermanfaat dari banyaknya kekayaan dihasilkan; atau gelar kehormatan yang diraih; atau ketenaran didapat.

🍃 Tetapi, dari banyaknya amal sholih yang dihasilkan dari waktu tersebut.

💐 Saudara-Saudariku yang semoga selalu dilapangkan dalam kebaikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'ālā...

🌿 Para salaf terdahulu merupakan orang-orang yang sangat memperhatikan masalah waktu, mereka berkata:

"Sesungguhya menyia-nyiakan waktu itu  lebih berat daripada kematian, karena menyia-nyiakan waktu  memutuskan seseorang dari Allah dan akhirat, sedangkan kematian memutuskan seseorang dari keluarga dan dunianya."

🌿 Berkata Hasan Al Bashri rahimahullah:

"Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau adalah hari-hari. Apabila pergi harimu, berarti telah pergi sebagian dirimu."

🌿 Juga Beliau berkata:

"Tidaklah hari itu muncul bersama terbitnya fajar, keculai ia berkata:

'Wahai anak Adam, aku adalah makhluk yang baru, dan aku bersaksi atas amal-amalmu, maka berbekallah denganku, karena sesungguhnya bila aku pergi aku tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat nanti'."

🍃 Janganlah kita mengira bahwa perkataan mereka hanyalah perkataan kosong tanpa bukti.

Sebaliknya, sangat banyak catatan-catatan mengenai semangat mereka dan kesungguhan mereka dalam menjaga waktu.

🌱 Di antaranya perkataan orang-orang tentang Abdullah putra Imam Ahmad:

"Demi Allah, kita tidak melihatnya kecuali ia sedang tersenyum, sedang membaca atau sedang menelaah kitab."

🌱 Begitu pula, dikatakan  tentang Al Khatib Al Baghdadi:

"Tidaklah kami melihat beliau kecuali beliau sedang menelaah sebuah kitab."

🌱 Imam Ad Dzahabi menyebutkan tentang Abdul Wahab Bin Abdil Wahhab Al Amiin:

"Sesungguhya ia sangat menjaga waktunya, tidaklah berlalu 1 jam kecuali ia membaca Al Qur'an atau berdzikir atau sholat tahajjud atau memperdengarkan bacaan Al Qur'an."

🌿 Masih banyak kisah yang menakjubkan dari para salaf dalam memanfaatkan waktu..

🌱 Berkata seorang murid Al Imam Abdur Rahman bin Mahdi rahimahullah tentang Imam Hammad bin Salamah:

"Seandainya dikatakan kepada Hamad bin Salamah bahwa esok ia mati, maka ia tidak sanggup lagi untuk menambah amalannya sedikitpun."

MasyaAllah..

Hal itu dikarenakan banyaknya amalan yang ia lakukan secara rutin!

🌱 Berkata Ammar bin Raja':

"Saya melewati 30 tahun tidak makan dengan tanganku di malam hari, dan saudara perempuankulah yang menyuapiku, karena kesibukanku menulis hadist."

Begitu pelitnya beliau dengan waktu, sampai tidak mau waktunya berkurang karena makan!

🌱 Tidak kalah mengagumkan kisah Imam Ibnu Jarir At Thabari. Dikisahkan bahwa ia berkata pada  teman-temannya:

"Apakah kalian berminat menulis tafsir Al Qur'an?"

Mereka menjawab:

"Berapa panjangnya?"

Ia berkata:

"30 ribu lembar."

Para sahabatnya terkejut dan berkata:

"Kalau begitu bisa habis umur kami."

Maka beliau pun meringkasnya menjadi tiga ribu lembar dan mendiktekannya kepada para sahabatnya selama 7 tahun.

Setelah selesai,  ia kembali berkata:

"Apakah kalian berminat pada tarikh (sejarah) sejak Nabi Adam sampai jaman kita ini?"

Mereka kembali bertanya:

"Berapa panjangnya?"

Dan beliau menyebutkan sebagaimana perkataan beliau pada tafsir, maka mereka menjawab dengan jawaban yang sama, maka Ibnu Jarir berkata:

"Inna lillah.. Sungguh telah mati kesungguhan."

Dan ia pun kembali meringkasnya sebagaimana ia meringkas tafsir.

🍃 Kita mungkin tidak bisa meraih keberkahan seperti mereka, tapi setidaknya kita dapat mengusahakannya, agar waktu kita dapat menjadi ladang amal yang bermanfaat di akhirat kelak.

🍂 Bukan sebaiknya, menjadi sumber penyesalan dan kerugian di akhirat nanti.

Saudara-Saudariku yang semoga selalu dilapangkan dalam kebaikan oleh Allāh Subhānahu wataala.

🗒 Berikut beberapa cara agar waktu kita menjadi barakah adalah:

▪️ Beriman dan bertakwa.

▪️ Melazimi Al Qur'an, karena Allah berfirman yang artinya:

"Dan Kitab ini (Al Qur'an) yang kami turunkan dengan penuh berkah, maka ikutilah ia dan bertakwalah agar engkau mendapat rahmat."

(QS Al An'am: 155)

▪️ Memperbanyak beramal sholih baik dengan hati, lisan dan perbuatan.

▪️ Bersegera beramal sejak pagi hari, sebagaimana doa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam:

"Ya Allah, berkahilah umatku pada pagi hari mereka."

▪️ Menjaga sholat fajr (sholat subuh) karena menjaga sholat subuh adalah kunci keberkahan sepanjang hari.

▪️ Belajar ilmu atau mengajarkannya.

🍃 Maka, mari kita bersungguh sungguh memanfaatkan waktu kita.

Ingatlah, bahwa suatu saat nanti kita akan menghadapi hari dimana kita harus mempertanggung jawabkannya.

🍂 Hari di mana seorang raja tidak akan meminta kembali istananya; seorang pemimpin tidak akan meminta kembali kekuasaannya dan orang yang kaya tidak akan meminta dikembalikan hartanya.

Tetapi mereka semua akan meminta dikembalikan WAKTU yang mereka habiskan tanpa amal shalih!

جعلنا الله مباركاً أينما كنا

🌱 Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'ālā selalu memberkahi dimanapun kita berada.

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
👥 Facebook Page :
Fb.com/TausiyahBimbinganIslam
📣 Telegram Channel :
http://bit.ly/TausiyahBimbinganIslam


Tafsir Surah Al Maun

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوان

Surat ini dikhilafkan oleh para ulamā apakah dia surat makkiyyah atau madaniyyah.

Dari konteks pembicaraan yang dibahas oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla dalam surat Al Mā'ūn:

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ# فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ

"Tahukah engkau tentang orang yang mendustakan agama?"

Konteks pembicaraan ini cocoknya turun di Mekkah, tentang orang-orang musyrikin yang mereka mendustakan agama dan hari kebangkitan.

Dari sini jumhūr ulamā mengatakan bahwa surat ini adalah surat makkiyyah.

Sedangkan sebagian ulamā mengatakan surat ini surat madaniyyah, kenapa?

Karena topiknya dalam surat ini, Allāh menyebutkan orang-orang munāfiq.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ

"Orang-orang yang shalāt namun mereka riyā."

Dan orang-orang munāfiq tidak ada di Mekkah. Orang-orang munāfiq baru muncul di kota Madīnah, sehingga surat ini surat madaniyyah karena turunnya di Madīnah.

Sebagian ulamā juga mengatakan, setengahnya turun di Mekkah dan setengahnya turun di Madīnah.

Wallāhu Ta'āla A'lam bishawab, apakah dia makkiyyah atau madaniyyah tidak menjadi masalah, yang penting kita membahas tentang isinya.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman tentang surat ini:

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ

"Tahukah engkau tentang orang yang mendustakan agama?"

Ad dien adalam bahasa Arab artinya al jaza, sebagaimana pepatah mengatakan:

"Sebagaimana engkau berbuat engkau akan dibalas."

Sebagimana perkataan para ulamā:

الجزاء من جنسالعمل

"Balasan sesuai dengan jenis perbuatan."

√ Seseorang berbuat baik kepada manusia maka Allāh akan berbuat baik kepadanya.
√ Seseorang yang meringankan beban orang lain, Allāh akan ringankan beban dia didunia dan ākhirat.
√ Seseorang yang membahagiakan orang lain Allāh akan bahagiakan dirinya.

Ini sudah otomatis, al jazaa min jinsil amal.

Diantara nama-nama hari kiamat adalah ad dīn, hari pembalasan (yaumul dīn).

Surat ini, topiknya bercerita tentang bagaimana orang yang mendustakan agama dan akhirnya akan menimbulkan akhlaq yang sangat buruk. Bermula dari pendustaan terhadap agama dan hari akhirat.

Oleh karenanya, keimanan terhadap hari akhirat merupakan perkara yang sangat penting.

Barangsiapa yang yakin akan ada hari pembalasan, barangsiapa yang yakin ada hari persidangan dimana dia akan dibangkitkan oleh Allāh, maka dia akan berbuat sebaik baiknya di dunia ini.

Tapi barangsiapa yang tidak yakin dengan hari kebangkitan, tidak yakin adanya hari persidangan, tidak yakin adanya hari pembalasan atau ragu dengan hari tersebut, maka dia akan berani melakukan kemaksiatan.

Dia berani berzina, berani mencuri, berani melakukan macam-macam, kenapa?

Karena dia tidak yakin atau ragu dengan hari kebangkitan, sehingga dia berani melakukan kemaksiatan.

Oleh karenanya, orang yang imannya kuat kepada hari akhirat, maka akan tampak dari perilakunya.

Di sini Allāh menyebutkan tentang sikap orang yang tidak beriman kepada hari pembalasan dimana perilakunya yang sangat buruk.

Kata Allāh:

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ

"Tahukah engkau tentang orang yang mendustakan agama (hari pembalasan)?"

فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ

"Itulah orang yang menghardik anak yatim."
 
Kata يَدُعُّ dari artinya mendorong.

Kata Allāh orang yang mendustakan hari pembalasan (hari akhirat) adalah orang yang mendorong anak yatim. Dia tidak peduli menyakiti anak yatim. Dia tidak tahu bahwasanya anak yatim adalah anak yang butuh perhatian.

Kita tahu bahwasanya yatim dalam istilah syariat adalah orang yang ayah meninggal dan dia belum bāligh.

Kalau sudah bāligh tidak bisa dikatakan yatim.

Sebaliknya kata para ulamā, kalau hewan dikatakan hewan yatim kalau induknya  (ibunya) meninggal, kenapa?

Karena yang merawat hewan tersebut adalah induknya.

Oleh karenanya, hewan dikatakan yatim kalau ibunya (induknya) meninggal.

Tetapi kalau manusia dikatakan yatim kalau bapaknya yang meninggal, karena bapaknya yang mengurus dan mencarikan nafkah dan sampai usia bāligh.

Kalau sudah bāligh, sudah dewasa, maka dia bukan yatim lagi. Dia bisa bergerak, dan dia sudah bisa berusaha.

Seperti istilah mualaf, al mualaf artinya orang yang di dekati hatinya. Diistilahkan juga buat orang yang baru masuk Islām, imannya belum kokoh. Maka kita perlu memberi bantuan, kita beri zakat supaya imannya kokoh.

Mualaf ini artinya bukan orang yang masuk Islām secara mutlak, tapi yang baru masuk Islām, baru setahun dua tahun atau beberapa bulan.

Sedangkan orang yang sudah bertahun-tahun masuk Islām tidak bisa dikatakan seorang mualaf.

Kalau semua orang yang berpindah agama lain masuk agama Islām dikatakan mualaf maka seluruh shahābat adalah mualaf, dulu mereka musyrikun kemudian masuk Islām.

Ini adalah istilah yang keliru namun sudah menjadi istilah umum, bahwa semua yang masuk Islām (baru masuk atau sudah lama masuk Islām) tetap dikatakan mualaf. Ini contoh kekeliruan dalam istilah.

Diantara sifat-sifat jāhilīyah adalah mereka meremehkan orang-orang yang lemah sepert anak yatim dan para wanita.

Di zaman jāhilīyah para wanita tidak diberikan warisan, tidak dihargai, begitu pula anak yatim. Anak yatim pada zaman jāhilīyah tidak dihargai, kenapa?

Karena tidak ada yang melindungi mereka. Apabila mereka (anak yatim) memiliki harta yang banyak akan di ambil, digunakan secara dzalim.

Oleh karenanya, Allāh menyebutkan tentang hal ini, bahwasanya orang yang tidak beriman dengan hari kebangkitan (hari pembalasan), maka mereka mendorong anak yatim, sikapnya kasar, membentak, menghardik, mendorong anak yatim, mendzalimi anak yatim, kenapa?

Karena mereka tidak beriman dengan hari pembalasan.

Dan diantara sifatnya:

وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ

"Tidak menganjurkan memberi makan kepada orang miskin."

Bakhil (pelit), di tidak yakin bahwasanya apa yang dia berikan akan dibalas oleh Allāh di dunia dan ākhirat.

Oleh karenanya  dalam hadīts, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam :

وَلاَ يَجْتَمِعُ الشُّحُّ وَالإِيمَانُ فِى قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا

"Tidak akan berkumpul dalam hati seorang mu'min selamanya, antara keimanan dengan pelit (tidak mungkin berkumpul)."

(Hadīts riwayat An Nasāi di shahīh kan oleh Syaikh Al Albāniy rahimahullāh dalam kitāb Shahīh Al Jami’, no. 7616 )

Kalau seseorang pelit berarti imannya kepada hari pembalasan kurang. Dia pelit mengeluarkan uang, berat, seakan-akan uang tersebut hilang tidak akan kembali. Berbeda dengan orang yang beriman dengan hari akhir dia akan mengeluarkan (tidak pelit) dan yakin Allāh akan mengembalikan di ākhirat dengan berlipat ganda.

Oleh karenanya orang ini:

وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ

"Dia tidak pernah motivasi untuk memberi makan kepada fakir miskin."

Dia tidak pernah memotivasi dirinya untuk memberi makan fakir miskin, apalagi memotivasi orang lain. Ini adalah contoh orang-orang yang bakhil.

Yang lebih parah, orang bakhil dan mengajak orang lain bakhil.

Demikian juga dengan para pelaku maksiat, para pelaku maksiat ingin mencari teman.

Apabila mereka suka melakukan kemaksiatan mereka akan mengajak orang lain agar seperti dia. Supaya tidak dia saja yang dicela, mereka mencari teman. Sehingga apabila sudah banyak temannya, mereka akan mencela orang baik, itulah kegiatan mereka.

Demikianlah apa yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini, In syā Allāh besok kita lanjutkan.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
____________________________

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 12 Rabiul Akhir 1438 H / 10 Januari 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Tafsir Juz 30 | Surat Al Mā'ūn
📖 Tafsir Surat Al Mā'ūn bagian 01
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-Tafsir-H0303